Sunday, August 4, 2013

Ternyata Jajanan Buka Puasa Banyak Mengandung Formalin

Jajanan buka puasa yang memiliki kandungan berbahaya/Kabar24-Rahmayulis SalehWaspadai makanan takjil dan jajajan untuk berbuka puasa yang suka dijajakan penjual selama Ramadan ini, karena sebagian ada yang mengandung bahan berbahaya.
Berdasarkan sidak yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) selama Ramadan 2013 ini, ternyata produk makanan dan jajanan tersebut ada yang tidak memenuhi syarat, karena mengandung bahan berbahaya, yaitu formalin, boraks, rhodamin-B, methanyl yellow, dan penggunaan pemanis buatan siklamat yang melebihi batas.
Menurut Hayati Amal, Plt Kepala Badan POM, jenis pangan yang ditemukan mengandung formalin, antara lain mi basah, sate ikan, siomay ikan, tahu, ikan asin, asinan, es cendol, es cincau, dan es pisang ijo.
Untuk boraks banyak ditemukan pada bakso, es cendol, pempek, kerupuk, mi basah, dan rumput laut. Sedangkan rhodamin-B banyak ditemukan pada mutiara, pacar cina, cendol delima, kolang kaling merah, es sirup, rumput laut, agar-agar merah, kerupuk merah, kue apem, dan sambal terasi. Ada pula sakarin yang banyak terdapat dalam es campur, es pisang ijo, kue lapis, dan talam.
“Kepada masyarakat diimbau bila menemukan produk pangan yang mencurigakan, serta memerlukan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM, dengan nomor telepon 0214263333 atau email ke ulpk@pom.go.id,” ungkap Hayati di Jakarta, Kamis (1/8).
Dia menuturkan Badan POM melakukan sampling dan pengujian terhadap pangan jajanan buka puasa. Pengambilan sampel dilakukan pada para penjaja di pasar tradisional, toko, swalayan, dan tempat-tempat yang khusus menjual pangan buka puasa.
Jumlah sampel yang diambil dan diuji sebanyak 2.256 sampel, dengan rincian 1.959 sampel (86,84 persen) memenuhi syarat, dan 297 sampel (13,16 persen) tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks, dan lainnya.
Dalam 3 tahun terakhir, lanjutnya, temuan pangan jajanan buka puasa mengalami penurunan. Jika pada 2011 ditemukan 560 sampel (21,27 persen dari total sampel) yang tidak memenuhi syarat, pada 2012 menurun menjadi 464 sampel (18,29 persen dari total sampel), dan 297 sampel (13,19 persen dari total sampel) hingga 31 Juli 2013. SUMBER

No comments:

Post a Comment