Thursday, June 27, 2013
Seabad Lalu London Pernah Diselimuti Kabut Asap Pencemaran Parah
Seabad Lalu London Pernah Diselimuti Kabut Asap Pencemaran Parah - 100 tahun yang lalu, batu bara menempati tempat sebagai bahan bakar yang paling dibutuhkan dunia. Tak terkecuali oleh kota besar London. Batu bara dibutuhkan untuk menjalankan industri dan bahan bakar kendaraan saat itu. Tak heran polusi pernah merajai kota ini. Jaman itu dikenal dengan sebutan Big smog London 1952. Era disaat kabut kotor turun ke kota dan membunuh 12.000 orang dalam 4 hari.
Masa terburuk dalam sejarah London, kota dilumpuhkan oleh kabut yang terperangkap sejak era Napoleon 150 tahun lalu. Begitu tebalnya kabut asap itu, hingga trem dan bus tidak bisa melaju cepat, bahkan jelaga hitam menempel di kaca depan. Orang bahkan tidak bisa melihat kakinya sendiri, dan pekerja dermaga mengatakan kabin Derek yang 50 kaki diatas tanah justru lebih jelas dan dibawahnya tampak jelas kabut asap seperti lautan gelap.
Kabut dihasilkan oleh berbagai industry besar ataupun industry rumah tangga yang masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. Ditambah lagi transportasi saat itu menggunakan diesel untuk truk, bus dan mobil makin memperburuk keadaan. Jarak pandang saat itu paling maksimal 3 meter, bahkan dibeberapa tempat kurang dari 3 meter.
Skala pencemaran yang luar biasa. Setiap hari, 1.000 ton asap dari cerobong dikeluarkan di sekitaran London, memancarkan 2.000 ton karbon dioksida, 140 ton asam klorida dan 14 ton senyawa fluor. Bahkan lebih mematikan, 800 ton asam sulfat dibentuk dari sulfur dioksida yang berasal dari cerobong asap dicampur dengan kelembaban di udara. Asam membakar bagian belakang tenggorokan, membawa bercak pada system pernapasan. Hal ini menyebabkan radang paru-paru, terutama pada anak-anak, orang tua dan orang dengan penyakit bronkial. Lebih dari 100.000 orang menderita masalah kesehatan seperti bronkitis dan pneumonia. Beberapa perkiraan mengatakan 8.000 orang atau lebih mungkin meninggal dalam minggu-minggu dan bulan setelah itu.
sumber
Labels:
fakta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment