Tidak seperti orang dewasa yang harus berpuasa penuh, bagi anak-anak tidak dianjurkan berpuasa penuh karena tidak baik dari segi kesehatan dan pertumbuhan. Pada usia anak, mereka membutuhkan asupan energi untuk proses tumbuh kembangnya, menurut kaca mata medis anak-anak belum mampu menyimpan energi.
Seperti dijelaskan oleh Ketua Yayasan Gema Sadar Gizi, dr. Tirta Prawita Sari, MSc, Sp.GK, glukosa atau kadar gula darah adalah sumber energi bagi tubuh yang diperoleh dari mengonsumsi makanan dan disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati dan otot. Ketika kecukupan glukosa tak terpenuhi, maka glikogen akan cepat habis.
“Glikogen pada jaringan otot dan hati sangat berperan dalam penyimpanan energi. Akan tetapi, pada anak saat puasa, glikogen hati belum dapat bekerja optimal untuk menyimpan energi seperti orang dewasa,” kata dr. Tirta.
Kalau puasa segera dilakukan seharian penuh, kemungkinan tubuh anak akan merasa kaget. Meskipun, cadangan energi dalam tubuh mampu bertahan hingga 16 jam. “Sebenarnya ketika berpuasa, asupan makanan berkurang, maka tubuh dengan sendirinya akan mencari sumber energi dari lemak.”
Ketika hal tersebut terjadi, maka tubuh dapat mudah lemas. Oleh karena itu saat belajar berpuasa selama setengah hari, Tirta menganjurkan agar anak mendapatkan asupan yang manis ketika berbuka puasa. Ini untuk membantu meningkatkan kembali kadar gula dalam tubuh.
Bagaimanapun, orang tua bisa memilih yang terbaik untuk perkembangan tubuh dan mental. Anjuran berpuasa pada anak tetap harus dilatih.
Ada banyak cara untuk mengajarkan anak-anak Anda tentang puasa Ramadhan, namun yang terbaik dan yang terpenting adalah memberi contoh yang baik dengan berpuasa dengan benar dan berperilaku sesuai dengan ajaran Al Qur’an. SUMBER
No comments:
Post a Comment